Lanjut Sekolah di Australia?

apa, mengapa, bagaimana

Australia sampe hari ini masih menjadi salah satu negara tujuan favorit bagi mahasiswa dari Indonesia untuk studi lanjutan. Alasannya macem-macem, mulai dari jarak yang relatif dekat dibandingkan ke negara-negara di belahan bumi utara, perbedaan zona waktu yang ngga terlalu kerasa, dan banyak orang Indonesianya. Bahkan per tahun 2018 Indonesia menjadi salah satu penyumbang mahasiswa terbesar di Australia. Alasan lain yang lebih ‘serius’ tentu saja adalah kualitas pendidikan yang ditawarkan. Ada banyak universitas yang masuk 100 besar dunia di sana, di mana 8 di antaranya masuk ke dalam kelompok Group of 8. Beberapa universitas juga memiliki minat khusus mengenai studi kawasan Asia Tenggara dan Indonesia, jadi memudahkan kita yang akan mempelajari hal tersebut lebih lanjut.

Di sisi lain, Australia memiliki kebijakan border dan biosecurity yang sangat ketat. Selama pandemi COVID-19 berlangsung, mereka adalah salah satu negara yang dikit-dikit lockdown. Hasilnya memang bagus sih, angka persebaran kasusnya termasuk yang relatif baik dibandingkan negara lain. Akan tetapi, kebijakan ini diiringi dengan penutupan batas negara terhadap warga negara asing selama hampir 18 bulan. Per Maret 2020, sebagian besar warga negara asing tidak diperbolehkan masuk ke Australia dan warga Australia pun tidak boleh ke luar negeri. Kebijakan ini cukup kontroversial apalagi mengingat munculnya banyak tekanan dari dalam negeri untuk segera melakukan relaksasi. Tujuannya tentu saja untuk menggerakkan roda perekonomian yang berbasis pariwisata dan edukasi. Nggak ada orang asing masuk berarti nggak ada turis dan mahasiswa internasional masuk. Ya ada sih, tapi nggak sebanyak itu.

Tapi toh dengan kebijakan tersebut, minat mahasiswa Indonesia untuk sekolah di sana tetap tinggi. Apalagi program seleksi beasiswa seperti LPDP dan AAS tetep dibuka setiap tahunnya jadi orang-orang masih optimis untuk menggapai mimpinya sekolah di Australia. “Online sebentar nggak apa apa deh, sambil nunggu border dibuka” begitu kata mereka. Yah, berita baiknya adalah border Australia akhirnya dibuka dan mahasiswa internasional bisa segera masuk ke sana per akhir 2021. Informasi tersebut bisa dibaca di sini dan di sini.

BTW, selamat ya bagi yang sudah lolos seleksi LPDP dan AAS! Semoga bisa memotivasi temen-temennya. Selamat juga bagi yang sudah keterima sejak lama tapi menunggu kapan border dibuka. Akhirnya!

Oke, jadi border udah dibuka, peluang beasiswa juga ada. Nah pertanyaan yang sering banget muncul adalah “perlu pake agen nggak sih untuk daftar sekolah dan urus visa student Australia?“. Bagi saya, jawabannya adalah ‘ya dan tidak’. Perlu sih, tapi sebenernya nggak juga nggak apa apa. Nggak berpengaruh banyak.

Emang agen ini ngapain?

Pertama kita abaikan dulu bahasa-bahasa marketing mereka. Tahu lah, hal-hal seperti “kuliah di luar negeri itu mudah!” atau “kita bantu wujudkan mimpimu kuliah di luar negeri!” dan semacamnya. Agen pendidikan berfungsi untuk liaising/menjembatani antara calon mahasiswa dengan kampusnya. Mereka terhubung dengan kantor internasional masing-masing kampus, kalau misalnya kita butuh tanya-tanya. Di sisi lain, mereka juga menawarkan jasa membantu proses pendaftaran dan aplikasi visa pelajar. Kadang juga membantu mencarikan layanan pendukung seperti membuka rekening bank dan mencarikan tempat tinggal.

Mungkin beberapa orang merasa terbantu. Tapi sebenernya semua langkah ini bisa dilakukan sendiri tanpa bantuan agen. Website masing-masing universitas sudah cukup mudah dipahami dan diakses, bisa kok mendaftar sendiri semuanya. Perwakilan universitas Australia di Indonesia juga banyak dan bisa diajak ngobrol semuanya. Informasi aplikasi visa juga gampang, bisa dibaca langsung di websitenya Department of Home Affairs Australia. Katakanlah kamu udah tahu universitas yang mau kamu daftar, maka berkas yang perlu disiapkan buat mendaftar S2 sebagai berikut:

  • Scan ijazah asli dan berbahasa Inggris, dilegalisir
  • Scan transkrip asli dan berbahasa Inggris, dilegalisir
  • Scan KTP
  • Scan Passport, dilegalisir
  • Surat keterangan beasiswa, bila ada.

Asal memenuhi syarat (IPK minimal, jurusan asal cocok, dst), pasti diterima kok, dan Anda akan memperoleh Conditional Offer. Kalau mau diupgrade jadi Unconditional Offer, tinggal mempersiapkan hasil IELTS yang masih berlaku dan memenuhi syarat (aman: minimum overall 6.5, no band less than 6.0). Kalau sudah ada beasiswa (misal LPDP atau AAS), sertakan Letter of Guarantee ke kampus dan mereka akan menerbitkan Confirmation of Enrollment (CoE) sebagai syarat aplikasi visa. Dan proses ini relatif cepat, bisa nggak nyampe sebulan. Bisa dilakukan sendiri semuanya.

Untuk apply visa student Australia, susah nggak? Perlu pake agen juga ngga?

Dikerjain sendiri aja. Portal immiaccount untuk daftar visa Australia itu bisa diisi sendiri, dan juga progressnya bisa disimpan. Kita bisa latihan ngisi dulu, nanti kalo belum pede ya disimpen untuk dikerjakan lain hari. Template berkas-berkas yang harus dilengkapi juga bisa didownload di sana, kita tinggal ngisi. Secara umum, berkas yang harus disiapkan untuk apply visa Australia adalah sebagai berikut:

  • Scan Ijazah pendidikan terakhir, bahasa Inggris dan Indonesia
  • Scan transkrip pendidikan terakhir, bahasa Inggris dan Indonesia
  • Confirmation of Enrollment
  • Scan passpor pendaftar
  • Scan KK pendaftar
  • Scan KTP pendaftar
  • Sertifikat IELTS pendaftar yang masih berlaku
  • Scan passpor, KK dan KTP keluarga pendaftar. “Keluarga” di sini adalah ke samping dan ke bawah. Kalau belum menikah ya sesuai KK, kalau sudah menikah berarti pasangan (suami/istri) dan anak-anak, bila ada.
  • Konfirmasi asuransi/OSHC sesuai jumlah pendaftar
  • Surat keterangan beasiswa/Letter of Guarantee
  • Surat keterangan kerja, bila sudah/sedang bekerja
  • dan mungkin ada berkas lainnya yang diminta.

Biaya untuk apply visa adalah AU$ 630, hanya bisa dibayar pake kartu kredit. Biaya ini terhitung per usaha aplikasi, bukan per orang (satu aplikasi bisa untuk beberapa orang). Setelah berkas dan formulir komplit, bayar biaya apply visa. Nanti akan dapat pengantar untuk Medical Check Up di rumah sakit terpilih. Kalau sudah medical check up ya tinggal tunggu visa terbit saja.

Ribet ngga? Nggak sama sekali. Bisa diurus sendiri, nggak usah pake agen. Rekening bank? Kantor cabang bank itu ada di mana-mana, nyarinya gampang dan prosesnya cepet, bisa dilakukan setelah sampai sana. Cari tempat tinggal? Ya bisa sih nyari online, tapi kalau nggak inspeksi langsung rasanya kok agak repot. Kita kan perlu tahu lingkungannya gimana, akses ke transportasi sedeket apa dan lain-lain. Kontak aja PPI di universitas tujuanmu, mereka punya info kok mana tempat tinggal yang oke dan utamanya murah.

Oh satu lagi, tentang pameran pendidikan.

Dulu saya kira pameran pendidikan itu isinya orang-orang yang pamer pendidikan yang pernah mereka tempuh. Ternyata bukan. Saya juga pernah mengira pameran pendidikan itu isinya kampus-kampus memperkenalkan diri dan menawarkan beasiswa. Ternyata juga bukan seperti itu. Terus apa dong? Pameran pendidikan itu isinya ya jualan. Kampus menawarkan jasa mereka (pendidikan berkelas dunia) dan berharap yang dateng pada beli. Tapi yang tidak pernah ditampakkan adalah harganya. Kuliah di Australia itu membutuhkan biaya sekitar IDR 220.000.000 per semester. Kalau masa studinya 4 semester/2 tahun ya berarti sekitar IDR 880.000.000, atau seharga Toyota Alphard. Belum biaya hidup seperti sewa rumah yang biayanya kurang lebih IDR 10.000.000/bulan, dan biaya operasional lainnya. Mereka (kampus dan penyelenggara pameran pendidikan) tentu saja akan bilang “ini terjangkau dibandingkan (masukkan nama kota besar di Australia/negara di benua lain)” tapi sadarilah kalau kita hidup di Indonesia, dengan pendapatan Indonesia. Hampir pasti pula, kalian nggak akan menemukan informasi tentang beasiswa full di pameran pendidikan – mereka akan arahin untuk daftar LPDP dan AAS. Lagian informasi di pameran pendidikan itu nggak beda dengan informasi di website kampusnya kok. Mending tenaganya difokuskan untuk daftar beasiswa aja deh!

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.